Koko sendiri lah yang meminta kucing pada Patterson( sarjana psikologi yang menjadikan Koko murid sekaligus bahan eksperimen)pada tahun 1984. Pattersonkemudian membawakannya beberapa ekor anak kucing. Setelah mengamati dengan hati-hati, Koko memilih seekor anak kucing abu-abu yang berekor pendek. Ia menamainya All Ball. Dua binatang lain jenis ini ternyata sangat akrab. Koko memperlakukan kucingnya seperti layaknya anak gorila. Ia selalu menggendongnya di punggungnya dan mengenakan lap sebagai selimutnya. Sayangnya persahabatan mereka berakhir tragis. Pada Bulan Desember 1984, All Ball mati terlindas mobil saat keluar dari kandang Koko.
Saat ditinggal mati kucing kesayangannya, Koko menunjukkan kesedihan mendalam. Berikut ini adalah cuplikan percakapan Patterson dengan Koko setelah kematian binatang kesayangannya.
”Kamu mau menceritakan kucingmu?” tanya Patterson
”Menangis”, jawab Koko.
”Apa yang terjadi dengan kucingmu?” tanya Patterson
”Kucing tidur (maksudnya mati)”, jawab Koko.
Ketika Patterson menunjukkan gambar kucing yang mirip kucingnya, Koko menunjuk gambar itu dan berkata,”Menangis, sedih, cemberut”. Tentu saja seringkali jawabannya tidak setepat jawaban manusia.
Hubungan Koko dengan All Ball ditampilkan dalam buku terbitan tahun 1987 yang berjudul Koko's Kitten (Scholastic Press, ISBN 0-590-44425-5), yang ditulis oleh Dr Patterson.
Untunglah Koko segera mendapat gantinya. Anak kucing baru yang diberi nama Manx ini disumbangkan John Markley, seorang peternak kucing. Koko pun memperlakukan kucingnya layaknya mengasuh bayi. Ia memberi susu dengan dot, memeluknya dan mengajaknya bermain. Ia juga menyebut kucingnya sebagai “bayi”. Sekarang Koko punya anak kucing yang baru yang diberi nama Mo Mo. Koko juga mempunyai anak kucing yang lain seperti Lipstickdan Smokey.
0 komentar:
Posting Komentar