Banyak orang tertarik memiliki binatang peliharaan di rumah. Salah satunya kucing. Di Bali, komunitas pencinta kucing belum banyak. Namun, di sebuah bangunan rukan dengan warna hijau berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai, Simpang Siur, Kuta terdapat sebuah wadah kegiatan pecinta kucing khususnya jenis ras Persia. Di sini para penyayang hewan bulu lembut kerap berkunjung. Ada yang datang untuk mencari jodoh kucingnya, ada yang menitip agar kucingnya bisa gaul sehingga tak lagi garang atau terlalu penakut, bahkan bagi yang berniat melakukan perjalanan jauh, mereka datang untuk menitipkan kucing-kucing kesayangannya. Menurut Kurniawati pengelola kegiatan ini, gagasan mendirikan komunitas terbersit dari kecintaannya kepada si meong. Jumlah anggota semula dari beberapa orang lambat laun meningkat mencapai 150 orang. Dengan sering melakukan komunikasi antara sesama cat-lovers di toko pakan hewan peliharaan atau ketika ia memasang iklan untuk mencari orangtua bagi anakan kucingnya, ternyata membuahkan keaktifan mengasyikkan. Seperti sebuah acara pertemuan antar pecinta kucing yang diselenggarakan pada 2 Mei lalu, pecinta kucing berkumpul untuk ikut melombakan kucing peliharaan mereka. Memang bukan sebuah kontes akbar tetapi membantu menambah keakraban pertemanan antara sesama pecinta kucing. Kurniawati yang merelakan rukannya disulap menjadi tempat bernaungnya para kucing imut-imut berbulu halus mengatakan kehadiran kucing dapat memberikan hiburan serta pengusir stres bagi pemeliharanya. “Kucing dapat juga menjadi teman berbagi kasih serta melawan kesepian,” ujarnya. Memang, kucing dan kemampuan penyembuhan telah diketahui sejak berabad lalu. Susan Chernak Mac Erloy dalam bukunya “Animal as Teacher & Healers” menulis penyembuhan bukan hanya membereskan tubuh. Penyembuhan juga berarti menyambung hati patah, menemukan impian hilang, mengurangi bahkan melenyapkan ide dan pikiran buruk. Tak mengherankan jika dari sekian jumlah pecinta kucing sebagian besar terdiri muda-mudi lajang, pasutri yang belum memiliki keturunan atau juga yang telah kehilangan sang pendamping hidupnya. Kehadiran kucing ternyata dapat mengurangi rasa sepi, jenuh serta menjadi penyejuk jiwa.Tetapi, biaya perawatan kucing bagi yang berpenghasilan pas-pasan sulit untuk dilaksanakan. Untuk seekor kucing Persia, pakan standar yang diperlukan minimal Rp 250 ribu per bulan, belum termasuk vitamin, obat-obatan, dan perangkat-perangkat yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatannya. Amsul Nababan pemilik 12 ekor kucing Persi dari jenis kontes, menambahkan bukan hanya ongkos perawatan mahal namun jika benar-benar ingin memiliki kucing berkualitas tinggi maka harus bisa memperoleh sertifikat kelahiran kucing. Amsul sudah bergabung dalam Indonesian Cat Association menuturkan kucing-kucing peliharaannya bernilai tinggi, minimal Rp 8 juta. Kurniawati mengatakan ajang pertemuan sesama pecinta kucing dimaksudkan juga sebagai forum diskusi. Melalui komunitasnya ia berharap para anggota bersepakat berpatokan pada standar harga kucing yang akan diadopsikan (dijual). Bila orang ingin membeli dengan harga begitu rendah kemungkinannya calon pembeli itu tidak memiliki kekuatan finansial yang cukup, dikhawatirkan kucingnya tak akan dapat dirawat maksimal atau ada maksud lain yaitu mencari keuntungan dengan menjualnya lagi. Itulah sebabnya ia senantiasa mengupayakan terjalinnya komunikasi berkesinambungan dengan orang-orang yang telah mengadopsi kucing-kucingnya. Namun, ketika ia menerima indekos kucing justru ia tidak mematok harga tinggi, hanya Rp 25 ribu per hari karena ia tidak ingin memberatkan beban ekonomi pemiliknya sehingga jatah untuk pakannya kelak tidak terpangkas oleh bea penitipan. Dalam keaktifan ini, Kurniawati menemukan kegembiraan karena selalu berada didekat kucing-kucing yang manis dan teman-teman yang mengasyikkan dengan karakter khas yaitu lembut dan penyayang serta topik obrolan yang tak pernah menjemukan tentang kucing. Tujuh tahun lalu ia pernah menderita stres sehingga muncul gangguan panik namun berkat kucing-kucingnya yang kini berjumlah hampir 50 ekor syukurlah gelombang panik sudah tidak lagi menghampirinya.
sumber: http://www.cybertokoh.com